Senin, 20 Februari 2012

PengalamankOE

Usung Cerita ABG Yang Bingung saat Haid Pertama

Pendidikan seksual sering dianggap hal yang tabu oleh sebagian orang. Tapi, tidak bagi siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kediri 2 ini. Mereka pun membuat terobosan sosialisasi yang mudah dicerna oleh kalangannnya.
MOHAMMAD SYIFA, Kediri

MTsN 2 Kediri, Menang Lomba Alat Peraga Edukatif Jatim melalui Cerita Boneka Jangan sangsikan pemahaman tiga gadis ini tentang kesehatan reproduksi. Walaupun usianya rata-rata baru belasan tahun tapi pengetahuan mereka tentang hal itu layak diacungi jempol. Bahkan, tidak sekadar tahu saja. Ketiganya juga cakap bila diminta melakukan sosialisasi ke orang lain.

Seperti saat itu, di ruang usaha kesehatan sekolah (UKS) sekolahnya, ketiganya asyik berbincang. Berlatih untuk menyampaikan materi sosialisasi. Tak terlihat perasaan risih. Walaupun dalam aktivitas itu mereka banyak menyinggung hal-hal yang oleh sebagian orang dianggap tabu. Khususnya bila dibicarakan di kalangan umum.
Bagi mereka, justru pemahaman tentang reproduksi, khususnya yang terkait dengan remaja putri, sangat penting. Hal itu sekaligus mengantarkan mereka menjadi juara dalam lomba alat peraga edukatif tingkat Jawa Timur yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dan United Nation Children’s Fund (Unicef).
Ketiga remaja itu adalah Yufrima Osfala, 15, Almira Fauziah, 14, dan Farah Adiba Nailul, 14. Mereka adalah wakil Kota Kediri dalam kejuaraan yang bernama lomba Artikel Hak dan Kewajiban Remaja Terhadap Lingkungan. Suatu acara yang berlangsung di City of Tomorrow (Cito) Surabaya. Mulai 14 hingga 15 Agustus.
Selama ini ketiga remaja itu sudah terbiasa menulis artikel. Mereka adalah kru majalah dinding (mading) sekolah. Karena itu, mendapat tugas mengikuti lomba penulisan artikel bukan lagi sesuatu yang asing.
Tapi, informasi dari Dinkes Kota Kediri yang meminta MTsN Kediri 2 mengirimkan wakilnya dalam lomba tersebut ada yang terselip. Awalnya mereka diberitahu hanya tentang lomba penulisan artikel tersebut. Ternyata, dalam lomba tersebut juga ada lomba alat peraga edukatif. Agar semakin siap, ketiganya pun dikumpulkan di dinkes. Mendapatkan pengarahan pada 12 Agustus. Atau sehari setelah surat dari dinkes yang menunjuk sekolah mereka datang.
Hanya dua hari menjelang pelaksanaan lomba bukanlah waktu yang panjang. Namun, dengan persiapan yang sangat mepet seperti itu mereka sudah bertekad ingin tampil maksimal. Karena itulah segala kemampuan mereka kerahkan. Walaupun dari sisi persiapan akhirnya hanya apa adanya.
Mereka pun tak berani ambil risiko membuat artikel baru. Mereka memilih menggunakan artikel yang sudah ada. Serta memilih drama boneka sebagai alat peraga edukatifnya. Kebetulan, mereka sudah menguasai hal itu.
“Yang terpenting pesan yang terkandung di dalamnya sudah dikuasai,” kata Yufrima, yang saat ini sudah duduk di kelas IX.
Seperti apa sebenarnya artikel dan peragaan cerita boneka mereka? Sebenarnya cerita yang dibawakan sangat sederhana. Tentang seorang remaja yang beranjak puber. Tengah memasuki masa menstruasi (haid) pertama kali.
Alur cerita dibangun dari situasi itu. Sebab, si remaja tersebut belum pernah mendapatkan pendidikan tentang seksual sebelumnya. Sang ayah sama sekali tak peduli dengan perkembangan anaknya. Karena itulah si remaja kebingungan dan menangis.
Untungnya masih ada sang ibu yang bisa memberikan penjelasan. Sehingga si remaja terhindar dari kebingungan berkepanjangan.
“Padahal sebenarnya pendidikan seks ditanamkan oleh kedua orang tua,” ujar Almira Fauziah, menyebutkan inti cerita yang mereka bawakan.
Untuk mementaskan cerita itu di dewan dewan juri Mira dkk memanfaatkan panggung kecil dan beberapa boneka tangan. Aksi mereka itu mampu membuat dewan juri yang berasal dari dinkes provinsi dan Unicef kagum. Imbasnya, juara pertama pun mereka raih.
Ada beberapa alasan yang membuat dewan juri jatuh hati pada penampilan Mira dkk. Yang pertama, tim dari MTsN Kediri 2 merupakan satu-satunya yang menggunakan alat peraga berupa boneka. Bahkan, ratusan peserta lain tak menggunakan alat peraga seperti itu. Hanya menggunakan mading untuk menjabarkan materi sosialisasi.
Alasan lain adalah soal usia. Ternyata, Mira dkk adalah peserta termuda di antara peserta lain. Kebetulan, tak ada batasan level sekolah dalam lomba tersebut. Karena itu persaingan berlangsung sangat ketat.
“Meskipun masih muda tapi kami mampu menguasai materi tentang kesehatan reproduksi dengan baik,” lanjut Mira.
Sayang, kemenangan mereka masih belum lengkap. Karena artikel yang mereka bawa gagal menang. Padahal, tujuan utama mereka adalah mengikuti lomba artikel tentang kesehatan tersebut.
Walaupun demikian, tetap saja kemenangan mereka sangat berarti. Membuat gembira semua pihak. Termasuk Kepala Dinkes Kota Kediri Sentot Imam Suprapto yang mengantar langsung ketiganya. Saat penyerahan hadiah pun Sentot juga ada. “Pokoknya senang banget bisa menang,” tambah Adiba.
Yang terpenting, ada hikmah dari keikutsertaan itu. Ketiganya semakin sadar bahwa pendidikan tentang kesehatan reproduksi sangat penting. Khususnya bagi para remaja. Agar mereka bisa mendapatkan informasi yang benar. Tidak mendapatkan informasi tentang hal itu dari sumber yang salah. Yang justru bisa berakibat fatal.
Mereka berharap bisa terus memberikan sosialisasi kepada remaja lain. Tidak hanya saat lomba saja. “Terlebih kepada teman-teman yang ada di sekolah dulu,” lanjut Adiba. (fud)



SUMBER : RADAR KEDIRI

0 komentar:

Posting Komentar