Awan berarak mengelilingi langit. Menghapus senja menyambut bintang. Tetes demi tetes hujan turun di antara kilatan petir dan gemuruh guntur. Terbersit sebuah kenangan dalam balutan luka. Dan seluruh alam-pun sempat bersaksi bagai sebuah memori penting. Antara Kalah dan Menyerah!.
Waktu berlalu tanpa peduli apa yang terjadi. Detik, menit, jam, sehari, sebulan, tahun… dan seakan semuanya sia hanya berbalut luka. Berapapun lamanya Engkau bertahan dalam duka, waktu tak akan pernah memperdulikanmu. Bahkan hanya untuk sedetik saja, sekedar membawamu ke masa itu. Masa dimana hatimu masih terukir bahagia. Dimana pikiranmu tak pernah terjamah sesal, kecewa, dan apapun itu yang mereka katakan tentang ‘kesedihan’.
“Tuhan, apapun jalan yang aku pilih. Sekalipun itu adalah pilihan terburuk. Aku mohon Engkau tetap menunjukkan kebenaran suatu saat nanti”.
Saat ini adalah fase tersulit yang harus dilewati. Fase dimana seluruh kekuatan lahir dan batin harus dikorbankan. Entah berapa lama waktu yang sudah terbuang untuk berusaha kembali menatap masa depan yang dulu begitu gemilang. Menjadi seorang yang membanggakan!. ‘Lama tak terlihat bayangmu dalam hidupku’.
Apapun itu, hendaknya kita tetap berpikir positif dan membuat segalanya menjadi lebih baik. Menjadi pribadi-pribadi yang dirindukan kebaikannya. Menjadi pribadi yang benar-benar diperhitungkan di masa depan. Yang lalu hanyalah sebuah kerikil kecil yang terkadang tak pantas untuk di tangisi. Masih ada masa depan yang lebih baik dengan pribadi-pribadi yang lebih powerful dan mempercayakan tugas besar kepada kita. Dalam hidup, setiap akhir cerita adalah sebuah awal baru menuju kebahagiaan! Bahagia itu pilihan!
“Ikhlas bukan berarti pasif dan pasrah pada segala hal, tapi bentuk ke
tegaran hati yang dibentuk oleh kejujuran pada diri sendiri dan kenyataan”
0 komentar:
Posting Komentar